Sudahkah aku pantas disebut sebagai seorang mahasiswa? Sebuah nama yang begitu sakral untuk disandang. Sebutan bagi para kaum intelektual. Sebutan mahasiswa yang selalu didengungkan sebagai agent of change, social control, dan iron stock. Tentunya mahasiswa tidaklah pantas untuk dikultuskan dengan perannya yang seolah menjadi seorang pahlawan. Ketika pada suatu kota terpencil yang dikuasai oleh para penyamun, pahlawan itu datang dan mengusir para penyamun itu. Seketika berhasil mengusir para penyamun, pahlawan itu pergi sehingga dielu-elukan oleh masyarakat kota tersebut.
Apakah mahasiswa sudah pantas disebut agent of change? Ketika mahasiswa seolah telah mati. aku mati. Tidak memperduliikan apa yang terjadi di di sekitar lingkungannya. Sementara aku hanya sibuk dengan tumpukan buku-buku, bangku kuliah, dan kepentingan pribadi. Sekalipun mengusap kacamata baca yang kotor karena begitu kutu bukunya. Aku hanya melihat dengan tatapan kosong saudara-saudaraku bersimbah luka, kelaparan, kebodohan, dan kemelaratan. Dimana arti aku seorang mahasiswa sebagai agent of change yang berkewajiban merubah sebagian ataupun seluruh tatanan masyarakat untuk meraih masyarakat yang sejahtera. Aku terdiam tanpa bisa menjawab, apa arti sesungguhnya dari agent of change ketika apatis menaungi aku.
Disaat mahasiswa sebagai social control, apakah aku harus berubah menjadi seorang preman dengan segala kekerasannya untuk memenuhi kewajiban sebagai social control. Pengontrol bagi kehidupan sosial masyarakat. Aku merasa sedih ketika melihat rekan-rekanku bertikai yang mengatasnamakan rakyat tapi pada dasarnya mereka hanya ingin memenuhi kepentingan mereka sendiri, sekalipun untuk kepentingan warna mereka. Baku hantam, lempar batu, mengacungkan senjata seolah itu semua yang mereka dapat di bangku kuliah. Masyarakat bukannya merasa semakin aman tapi malah merasa semakin resah dengan dengan kelakuan mereka yang barbar. Pertanyaan klasikku muncul kembali apakah dengan cara itu mahasiswa sebagai social control dapat terlaksana. Aku kembali terdiam tanpa bisa menjawab apa arti sesungguhnya dari social control ketika anarkis menguasai aku.
Peran yang paling vital adalah pada saat mahasiswa sebagai iron stock ketika pemimpin-pemimpin yang menduduki jabatan struktural di atas telah uzur, maka aku sebagai seorang mahasiswa saat ini akan mengambil alih tempat mereka nantinya. Tapi aku sempat merasa takut. ketika nanti aku sudah berada di puncak dan pada zona nyaman, semua tentang idealisku akan terbungkam oleh sistem yang menjadi tiang dalam struktur itu. Sama seperti pendahuluku yang telah menjadi pemimpin sekarang ini, dulu mereka begitu lantang meneriakkan idealisme mereka masing-masing. Tapi sekarang mereka seolah terbungkam dengan kenyamanan, segala fasilitas, tunjangan, dan jaminan segala macamnya. Mereka menikmati semua ketika rakyat masih mengais receh demi sesuap nasi di negeri yang subur ini, Tuhan. Apakah ini iron stock sesungguhnya? Pertanyaan bodoh yang kembali ditanyakan, karena sudah jelas jawaban itu sudah ada di depan mata dan kupingku. Aku terdiam lagi tanpa harus bisa menjawab. Apakah ketakutanku ini benar adanya mengenai iron stock, ketika sebuah egois akan menghantuiku nantinya.
Aku seorang Mahasiswa-kah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar